Esti Nadiasti, alumni tahun 2004 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Usakti menjadi tamu istimewa MK edisi kali ini. Esti yang memiliki kepercayaan diri cukup tinggi dan mampu bersaing dengan para profesional dari berbagai negara lain, saat ini sedang mengadu peruntungannya di negeri jiran dan ia berkesempatan menuturkan pengalamannya kepada MK melalui e – mail.
Kemampuannya yang mumpuni dibidang teknologi informatika ditunjang pengalaman kerja di kantor konsultan yang bergelut dibidang IT yang melayani berbagai modul dan aplikasi perbankan serta perusahaan–perusahaan yang bergerak di industri keuangan, membuat sebuah perusahaan IT Malaysia tertarik memboyong Esti ke Malaysia sejak Mei tahun lalu.
Berikut petikan wawancaranya:
MK: Anda saat ini bekerja di Malaysia. Bisakah disebutkan bekerja untuk perusahaan apa?
Saya bekerja di Malaysia sejak Mei 2007, pada proyek Internet Banking untuk Standard Chartered Bank Hongkong dan Singapore. Tugas saya sebagai Analyst Programmer (J2EE Programmer) di Scope International Sdn Bhd (www.scb-scope.com). Sdn Bhd merupakan bagian dari Standard Chartered Bank Group, anak perusahaan yang main business nya adalah IT Software Development. Scope International Sdn Bhd bertugas mengembangkan berbagai macam aplikasi system perbankan yang akan digunakan oleh Standard Chartered Bank region Asia dan Middle East.
MK : Bagaimana awal ketertarikan Anda bekerja di Malaysia?
Awalnya saya melamar pekerjaan di Malaysia karena tawaran teman. Saya mengirimkan CV, lalu wawancara tahap awal via telepon, kemudian mereka (pihak Sdn Bhd) datang ke Jakarta untuk wawancara kedua yang lebih bersifat teknikal. Selanjutnya saya dihubungi bahwa saya diterima bekerja, lalu sekitar dua minggu kemudian saya berangkat ke Malaysia dan mulai bekerja.
MK : Apakah Anda bekerja di Malaysia untuk jangka waktu yang lama? Tolong berikan komentar, apakah ada nilai tambah dan suka duka yang dialami selama bekerja di sana?
Saya bekerja disini untuk 1 tahun kontrak. Mayoritas expatriate yang bekerja di Malaysia memang di bawah ikatan kontrak, bukan sebagai pegawai tetap.
Nilai plus yang saya rasakan banyak sekali. Selain nilai plus yang dapat langsung dirasakan (tangible) dan yang secara tidak langsung dirasakan (intangible). Mungkin yang berdampak langsung pada karier saya adalah, terbukanya wawasan saya akan proses pengembangan software pada skala yang lebih luas, tentang bagaimana tahap perencanaan, eksekusi, testing sampai system memenuhi persyaratan dari user (pengguna system), sampai manajemen proyek IT itu sendiri.
Manfaat tidak langsung yang amat berharga yang saya rasakan ialah, belajar hidup sendiri dan mandiri, bertemu & berteman dengan orang dari Negara lain (India, Phillipine, Malaysia) dan secara tidak langsung jadi mengerti kebudayaan maupun karakteristik mereka. Selain itu, saya jadi sangat menyadari bahwa professional IT di Indonesia memiliki kualitas baik dan dapat bersaing dengan professional IT dari negara lain. Satu-satunya duka yang saya rasakan, jauh dari keluarga.
MK: Sebelum bekerja di Malaysia Anda sudah bekerja dimana saja? Bisakah diceritakan perbedaan bekerja di Indonesia dengan di Malaysia.
Sebelum bekerja di Scope International Sdn Bhd, saya bekerja di sebuah IT Consultant di Jakarta, bernama PT. Aprisma Indonesia. Aprisma juga bergerak di bidang Software Development untuk industri perbankan. Saya bekerja selama dua tahun lebih, terlibat dalam proyek untuk Bank Permata dan BII. Dalam suasana bekerja, saya tidak merasakan suasana yang jauh berbeda antara Malaysia dan Indonesia, mungkin karena main-stream pekerjaannya masih sama, yaitu mengembangkan software perbankan. Yang paling berbeda hanya bahasa yang digunakan, di Malaysia komunikasi dilakukan dengan bahasa Inggris. Dan "komunikasi" diluar dari bahasa itu sendiri, dengan teman-teman kantor dari negara lain. Bagaimana mengerti etos kerja mereka, mengerti maksud yang mereka utarakan dan kecepatan tanggap rekan kerja. Setiap negara memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam bekerja dan memerlukan sikap berbeda untuk menghadapinya.
MK: Menurut informasi yang kami peroleh Anda mendapat penghargaan/beasiswa dari Rhenald Kasali. Bisa diceritakan dalam bidang apa dan benefit yang diperoleh?
Sebenarnya beasiswa diberikan oleh majalah Femina. Tahun lalu, Femina merayakan ulang tahunnya ke 35. Mereka berpikir untuk memberikan hadiah yang last for a lifetime, kemudian muncul ide untuk memberikan beasiswa. Femina lalu bekerja sama dengan MMUI (pimpinan Rhenald Kasali) untuk mengadakan sayembara dengan hadiah beasiswa MMUI. Peminat beasiswa sebanyak 250 perempuan, terpilih 5 (rencana awal hanya 3, namun Femina & MMUI "berbaik hati" sehingga memberikan kepada 5 orang). Saya sendiri bertemu dan mengenal bapak Rhenald Kasali saat test terakhir yaitu wawancara dengan Grand Jury (salah satunya bapak Rhenald Kasali). Studi yang akan ditempuh nantinya adalah Magister Manajemen. Bayangan saya sekarang, nanti akan mengambil penjurusan International Management atau Finance, tergantung dari minat setelah saya melaksanakan perkuliahan nanti.
MK: Kapan Anda lulus dari Usakti? Apakah ada kesan-kesan mendalam selama kuliah?
Saya sidang tugas akhir pada bulan Agustus 2004, mengikuti wisuda pada bulan September 2004. Saat masih kuliah, saya tergabung dalam HMTIF. Pernah juga menjadi tutor Calculus II untuk beberapa junior di TIF, sebagai salah satu program dari HMTIF saat itu.
Saya masih ingat, dosen favorit saya saat itu ialah Pak Anung dan Pak Djasli. Keduanya adalah pembimbing Tugas Akhir saya, dengan bantuan kedua dosen ini saya dapat melewati masa Tugas Akhir dengan Alhamdulillah lancar dan penuh dengan pembelajaran.
MK: Apakah pekerjaan yang Anda lakukan sekarang relevan dengan ilmu yang Anda peroleh di Usakti?
Iya, tentu saja. Saya mendapatkan dasar logika bahasa pemrograman selama saya belajar di TIF. Setelah bekerja, saya menyadari, konsep berbagai bahasa pemrograman ialah sama. Yang paling penting selain menguasai bahasa pemrograman itu sendiri ialah nalar, logika dan algoritma berpikir. Saya mendapatkan pelajaran mengenai cara berpikir ini, selama saya belajar di TIF Usakti.
MK: Setelah lulus pernahkah Anda berkunjung ke kampus Usakti? Bila pernah apakah ada yang berbeda dibanding saat Anda kuliah dulu?
Terakhir kali saya berkunjung ke Usakti sekitar 2 tahun lalu. Saat itu saya diundang team Pengenalan Mahasiswa Baru (saya tidak tahu istilahnya apa sekarang ) untuk sharing mengenai pengalaman bekerja setelah saya lulus dari TIF serta bercerita mengenai masa perkuliahan saya selama di TIF, berbagi sedikit tips-tips belajar. Perubahan penting yang seharusnya tetap dikembangkan ialah, tersedianya fasilitas wireless Internet di kampus (saat itu hanya tersedia untuk gedung Elektro & TIF). Sudah saatnya Usakti meningkatkan penyediaan fasilitasnya, terutama broadband Internet dan perpustakaan. Karena bila dibandingkan di universitas di negara lain, akses ke broadband internet sudah menjadi hal umum. Mungkin saat ini, wireless internet sudah tersedia sampai ke Gedung Design Grafis, tidak lagi hanya di Gedung Elektro dan TIF.
MK: Bagaimana Anda melihat tingkat persaingan Usakti (mahasiswa/institusinya) dengan perguruan tinggi lain saat ini?
Selama ini, saya perhatikan rekan-rekan seangkatan maupun senior/junior saya di TIF, semuanya tidak mengalami kesulitan berarti saat harus benar-benar terjun ke dunia kerja. Hampir semua dapat bertahan dan bersaing dengan lulusan dari universitas lain – bahkan dengan universitas negeri -. Meski tidak semuanya terjun ke bidang IT. Namun tetap saja menandakan bahwa lulusan Usakti ialah lulusan yang siap bekerja dan mampu mengarungi tantangan dunia kerja.
MK: Apakah ada pesan-pesan khusus untuk universitas dan mahasiswa Usakti
Untuk universitas, jangan bosan memperbaiki fasilitas belajar. pengadaan laboratorium (baik computer atau lab lainnya), Internet, Perpustakaan dengan koleksi buku up to date serta kualitas pengajaranya agar kualitas alumni dan nama baik Usakti tetap terjaga bahkan semakin baik. Selain itu, fasilitas kegiatan ekstrakurikuler perlu juga diperhatikan. Saya yakin, dengan "investasi" fasilitas dan kualitas pengajar yang baik, maka peminat program studi akan datang dengan sendirinya. Sedangkan untuk mahasiswa, selagi masih menjadi mahasiswa dan belum dibebani tanggung jawab untuk bekerja dan menghidupi diri sendiri, pergunakan waktu tersebut dengan sebaik-baiknya. Pergunakan waktu untuk benar-benar belajar dan membaca. Masa muda tidak akan terulang dan tidak akan datang dua kali, jadi jangan di sia-siakan. Semua ilmu yang diberikan Insya Allah akan berguna di kemudian hari.